
Karsaloka.com, KUKAR – Desa Muara Ritan di Kecamatan Tabang, Kutai Kartanegara, menjadi salah satu wilayah yang kini mulai menunjukkan inisiatif dalam memperluas akses pendidikan.
Melalui program transportasi gratis untuk pelajar, desa tersebut mencoba menjawab tantangan geografis yang selama ini menjadi hambatan utama anak-anak mengakses sekolah menengah.
Sebagian besar pelajar dari desa ini harus menempuh perjalanan ke desa tetangga seperti Ritan Baru atau Kembang Janggut untuk bisa melanjutkan pendidikan, sebab di Muara Ritan sendiri belum tersedia sekolah lanjutan. Jarak tempuh yang jauh dan akses jalan yang masih terbatas, membuat keselamatan menjadi perhatian utama.
Kepala Desa Muara Ritan, Ardy Maroni, mengatakan bahwa pihaknya telah mengalokasikan kendaraan desa sebagai armada antar jemput pelajar setiap hari.
“Kami hanya punya satu kendaraan, tapi itu cukup membantu. Setiap pagi dan siang, kami jadwalkan khusus untuk anak-anak sekolah,” katanya, Selasa (22/4/2025).
Sejak feri tidak lagi beroperasi, pilihan transportasi makin terbatas. Ardy mengakui bahwa banyak orang tua yang merasa cemas ketika anak mereka harus naik perahu kecil atau berjalan kaki dalam cuaca ekstrem.
“Kendaraan ini hadir agar mereka tidak lagi was-was setiap pagi,” tuturnya.
Program ini sekaligus menjadi bentuk keberlanjutan dari inisiatif Pemkab Kukar yang sebelumnya menghadirkan bus sekolah untuk wilayah hilir Tabang. Namun, karena keterbatasan rute, beberapa desa hulu masih harus mencari alternatif.
“Sekarang, dengan kendaraan desa, anak-anak dari Muara Ritan bisa ke SMK 1 Kembang Janggut tanpa kendala berarti,” ujar Ardy.
Ia juga menyebutkan bahwa biaya operasional ditanggung desa, dan dipandang sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan anak-anak.
Respon dari warga sangat positif. Salah satu orang tua murid, Ratna, menyampaikan bahwa selama ini ia harus membayar ojek sungai hingga puluhan ribu rupiah per hari.
“Sekarang anak saya bisa sekolah tanpa saya harus hitung biaya tiap hari,” ujarnya.
Ardy pun berharap dukungan dari Pemkab Kukar terus mengalir agar desa-desa pedalaman lain juga bisa merasakan kemudahan serupa.
“Kami ingin membangun generasi yang tidak kalah dengan mereka yang tinggal di kota,” katanya.
Langkah kecil ini diharapkan bisa memicu semangat belajar anak-anak sekaligus menjadi pemantik bagi desa lain untuk mengembangkan pendekatan serupa.
“Pendidikan bukan hanya soal gedung sekolah, tapi juga soal akses dan keberpihakan,” tutup Ardy(ADV/Farid)