
Karsaloka.com, Kutai Kartanegara – Festival Museum Kayu Tua Himba 2025 yang digelar di halaman parkir Museum Kayu Tua Himba, Tenggarong, Kamis (27/11/2025), menjadi ruang untuk menghidupkan kembali museum yang belakangan terlihat semakin sepi. Lewat kegiatan ini, pemerintah daerah ingin membangkitkan minat masyarakat terutama anak muda, untuk kembali melihat museum sebagai tempat belajar dan berkreasi.
Asisten II Setda Kukar Ahyani Fadianur Diani, mewakili Bupati Kukar Aulia Rahman Basri, menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar acara tahunan, melainkan upaya nyata membuka ruang kreatif bagi generasi muda setelah masa pandemi membatasi banyak kegiatan.
Ia menilai museum perlu tampil lebih menarik dan relevan agar tidak ditinggalkan pengunjung.
“Kami ingin Museum Kayu ini kembali produktif seperti dulu. Saat ini frekuensi pengunjung sangat menurun, sehingga melalui festival ini kami berharap museum kembali dikenal dan semakin banyak masyarakat yang datang,” ujar Ahyani.
Ia menjelaskan bahwa di dalam museum sebenarnya sudah banyak koleksi yang layak dipelajari, tetapi kondisi gedung yang mulai rusak membuat aktivitas di dalamnya tidak maksimal. Karena itu, ia berharap tahun depan museum bisa mendapatkan perbaikan, setidaknya rehabilitasi ringan, agar lebih layak digunakan setiap hari.
Festival tahun ini juga menonjolkan karya dan kreativitas pelajar. SMK Negeri 2 Tenggarong, misalnya, menampilkan batik, kerajinan kayu, hingga seni musik buatan siswa. Menurut Ahyani, kreativitas ini tumbuh karena adanya kemauan dan keberanian mencoba.
“Intinya adalah inisiatif mereka. Tanpa inisiatif, proses pembelajaran dan kreativitas itu tidak akan berjalan,” katanya.
Selain kerajinan, festival ini juga menampilkan Tarsul berbahasa Kutai serta game edukasi bertema budaya Kutai Kartanegara yang dibuat pelajar dan sedang dikembangkan. Kehadiran game ini dinilai sebagai pendekatan baru, untuk mengenalkan budaya lewat media yang lebih dekat dengan anak muda.
Ahayni juga menekankan bahwa pemerintah berharap semakin banyak anak muda ikut terlibat dalam pelestarian budaya, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pencipta karya.
Ia menyebut festival ini sebagai salah satu cara memperluas informasi budaya kepada masyarakat.
“Semoga ke depan bisa dilakukan perbaikan, minimal rehab ringan dulu agar gedung ini kembali representatif,” tambahnya soal kondisi museum.
Festival Museum Kayu Tua Himba 2025 akan berlangsung selama tiga hari, dan pemerintah berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi pintu masuk bagi inovasi dan gagasan baru di dunia seni dan budaya Kutai Kartanegara.
Museum pun diharapkan tak lagi dipandang sebagai tempat yang membosankan, tetapi sebagai ruang yang hidup, edukatif, dan dekat dengan generasi sekarang.(AuliaRS)