
Karsaloka.com, Kutai Kartanegara – Selama ini, pekan kebudayaan sering dipersepsikan masyarakat sebagai ajang hiburan semata. Namun tahun ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Kartanegara (Kukar) memilih pendekatan berbeda dengan menghadirkan kegiatan yang lebih edukatif, kreatif, dan dekat dengan generasi muda.
Kabid Kebudayaan Disdikbud Kukar, Puji Utomo, mengungkapkan perubahan konsep tersebut saat kegiatan Ngapeh dalam acara ekspresi budaya tradisional, di Taman Titik Nol Tenggarong, Sabtu (11/10/2025) malam.
“Kami melihat bahwa selama ini Pekan Kebudayaan sering dianggap masyarakat sebagai acara hura-hura yang ramai, banyak panggung, pentas seni, dan sejenisnya. Namun, tahun ini kami ingin menyajikan kebudayaan dalam bentuk berbeda, yaitu melalui workshop, khususnya workshop perfilman,” ujarnya.
Dalam penyelenggaraan tahun ini, Disdikbud Kukar bekerja sama dengan tim dari ISBI untuk membimbing siswa-siswi SMP membuat film pendek. Anak-anak SD juga diperbolehkan ikut, maksimal empat orang per tim. Produksi film telah rampung dan dijadwalkan tayang dalam dua hari ke depan. Durasi setiap karya berkisar 5 hingga 10 menit.
Tema film berfokus pada budaya lokal dan penggunaan bahasa Kutai. Beberapa peserta sudah menggunakan bahasa daerah dalam dialog film mereka. Judul film belum diumumkan karena masih dalam tahap finalisasi.
Selain pemutaran film, Pekan Kebudayaan Daerah juga akan memberikan penghargaan kebudayaan kepada pelaku budaya lokal sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi, karya, dan kontribusi mereka.
Puji Utomo menegaskan bahwa tidak ada seleksi terbuka, tetapi tim telah menetapkan kriteria khusus penerima penghargaan tersebut.
Ia mencontohkan beberapa tokoh dan seniman seperti Conggil, yang dinilai layak diapresiasi karena karya mereka belum banyak terdokumentasi.
“Banyak budaya kita yang belum terdokumentasi dengan baik, sehingga penghargaan ini diharapkan bisa menjadi cara untuk menjaga dan menghormati para pelaku budaya,” jelasnya.
Pekan Kebudayaan Daerah akan berlangsung selama sepekan, mulai 20 hingga 25 Oktober 2025. Kegiatan digelar di beberapa titik seperti Rumdisgi, Perenterium, dan lokasi kegiatan lainnya.
Fokus utama kegiatan adalah edukasi, pembinaan, dan literasi budaya. Program-programnya menyasar sekolah, komunitas, dan generasi muda agar karakter budaya terus hidup dan berkembang.
“Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat tentang budaya sendiri, budaya sorang, budaya etam, dan lainnya. Karena banyak orang yang belum benar-benar mengenal akar budayanya,” tutur Puji.
Disdikbud Kukar menegaskan perannya dalam pelestarian dan pembinaan budaya. Kegiatan tahun ini menjadi penguatan dari program-program sebelumnya agar kesinambungan pelestarian tetap terjaga.
Momentum pelaksanaan juga bertepatan dengan Hari Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah ditetapkan pada 20 Oktober.
Puji Utomo berpesan agar generasi muda tidak abai terhadap budayanya sendiri.
“Pesan saya untuk generasi muda: hargailah dan cintailah budaya kita sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?” tegasnya.
Melalui komunitas seni, Pekan Kebudayaan juga memberikan ruang untuk mempelajari bagaimana budaya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa meninggalkan nilai-nilai sakral.
“Ada budaya yang bisa ditampilkan ke luar, ada juga yang tidak boleh. Misalnya tari topeng tertentu bisa ditampilkan secara umum, tetapi ada bagian yang sifatnya sakral dan tidak boleh dibawa keluar,” jelasnya.
Ia juga menyebut tradisi Dayak di berbagai daerah, seperti Merangi di Kedang Ipil dan Belian di wilayah lain, sebagai kekayaan budaya yang perlu dihormati sesuai adat masing-masing.(AuliaRS)