Setelah Tujuh Tahun Vakum, Lanjong Art Festival 2025 Siap Guncang Kukar

Karsaloka.com, Tenggarong – Setelah tujuh tahun vakum, Lanjong Art Festival akhirnya kembali digelar di Tenggarong. Festival seni dua tahunan yang dulu sempat jadi sorotan nasional ini akan berlangsung pada 22–27 Agustus 2025, menghadirkan seniman lokal sampai internasional.

Mengusung tema “Habis Barat Terbitlah Timur”, Lanjong edisi keenam hadir bukan sekadar tontonan, tetapi ingin menjadi ruang temu ide sekaligus penanda bangkitnya seni pertunjukan di Kutai Kartanegara.

“Sejak 2018, Lanjong Art Festival sempat ditetapkan Bekraf RI sebagai salah satu event prioritas di Kaltim bersama Erau dan Rock in Borneo. Tapi perjalanannya tidak selalu mulus. Rock in Borneo berhenti, Covid-19 melanda dan Lanjong art pun ikut terhenti. Hanya Erau yang bertahan. Kini kami kembali dengan semangat baru,” kata Dedi Nala Arung, external representative Lanjong, saat bincang santai bersama media di Kong Djie Cafe, Jalan Gunung Gandek, Tenggarong, Selasa (19/8/2025).

Direktur Lanjong Foundation, Kosis menambahkan, festival tahun ini akan lebih menyoroti karya seni kontemporer.

“Kami ingin memberi panggung bagi bentuk-bentuk seni yang jarang mendapat tempat di Tenggarong. Panji Sakti, Mawang, hingga kelompok teater akan hadir untuk menghidupkan ruang alternatif,” ujarnya.

Tahun ini, Lanjong menghadirkan empat program utama: kompetisi teater, workshop, eksibisi, dan karya kolaboratif. Sebanyak 11 kelompok teater dari berbagai daerah di Indonesia dengan total 110 peserta siap tampil di Ladaya.

“Yang spesial, tahun ini Lanjong hadir di Kutai Kartanegara, rumah kita sendiri. Konsepnya juga selalu berubah, karena seni adalah respon yang terus bergeser. Tahun ini kami memilih tema Habis Barat Terbitlah Timur sebagai refleksi sekaligus provokasi,” jelas Mimi, Direktur Festival 2025.

Festival ini juga mendatangkan nama-nama besar dari luar negeri, seperti seniman butoh asal Singapura, komposer Maria Lazuria dari Brasil, hingga kolaborator asal Jepang.

Pada puncak acara, 27 Agustus, Panji Sakti akan menutup festival dengan karya kolaboratif lintas negara bersama seniman lokal.

“Festival ini bukan sekadar hiburan, tapi pertemuan antar pikiran,” tegas Mimi.

Tema besar yang diangkat pun membawa pesan khusus untuk generasi muda agar lebih percaya diri dengan budaya sendiri.

“Anak-anak sekarang lebih nyaman menyebut ‘mama’ ketimbang ‘emek’. Ada kecanggungan dengan istilah lokal, seolah terdegradasi, sementara istilah asing dianggap modern. Padahal timur dan barat hanyalah arah, tidak ada yang lebih unggul,” tutur Mimi.

Dengan rangkaian acara yang padat, kehadiran seniman lintas negara, dan semangat baru, Lanjong Art Festival 2025 siap menjadi bukan hanya pesta seni, tetapi juga ruang refleksi sekaligus jawaban atas kerinduan panjang masyarakat seni di Kutai Kartanegara.(AuliaRS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *